Sabtu, 14 Januari 2023

                                                            TAK TERASA

 Tidak terasa hampir dua tahun blog terbengkalai alias tidak pernah menulis lagi di blog. Hari ini dengan sedikit kesulitan karena lupa cara membuka halaman baru ku mulai untuk menulis lagi di blog. Teringat dulu saat ikut kelas online belajar menulis hampir setiap hari selalu saja ada yang ditulis. Kadang cerita yang sederhana bisa membuat cerita yang indah, kadang pula kejenuhan rutinitas membuat curhat dalam tulisan atau ketidaknyamanan atas perilaku yang ditimbulkan orang, bisa pula menari dalam rangkaian kata untuk mengisi blog. Seperti saat ini aku ingin kembali menari nari dalam rangkaian kata di blog.

Mungkin menjadi sesuatu yang biasa saat libur hari Minggu merencanakan berbagai kegiatan yang sehari hari agak tidak biasa seperti membersihkan rumah dengan paripurna, atau menata lemari atau memasak istimewa. Kali ini aku melakukan menata lemari karena sepertinya sudah tidak rapi sehingga kadang sulit menumukan yang dicari. Kumulai dengan mengluarkan sebagian besar isi lemari dengan masih dalam posisi tersusun. Setelah itu kucoba untuk mengelompokan berdasarkan fungsinya, yaitu antara pakain sehari-hari yang sering di pakai dengan yang agak jarang dipakai agar mudah untuk menemukan jika harus mencari. Tak lupa pakaian dalam dikelompokan tersendiri.

Cukup lama memerlukan waktu untuk merapikan lemart karena sepertinya harus mengurangi isinya. Kucoba untuk mengeluarkan pakaian yang sudah terlalu lama namun masih layak untuk bisa dipakai. Ternyata dapat dua tumpuk, lumayan bisa dititipkan sama bapak yang biasa mengambil sampah di rumah. Agar bisa dimanfaatkan untuk orang yang membutuhkan.

Setelah selesai membenahi isi lemari, subhanallah dalam hati merasa diri ini terlalu serakah padahal baju-baju itu masih banyak yang tidak terpakai, tetapi kita selalu saja kepincut untuk membeli dan membeli. Apalagi  jika modelnya menarik hati. Ya Allah ampuni hamba atas segala keserakahan ini.

Ternyata untuk masalah baju kita sering lupa dan terlena karena adanya tren-tren baju yang baru. Padahal harusnya kita menyadari bahwa yang kitabeli adalah yang dibutuhkan bukan berdasarkan kemauan. Mari kita coba untuk tidak boros dalam hal yang tidak kita sadari ternyata membawa mudhorot. Semoga kita semua bisa lebih bijaksana untuk diri dan sesama.

Sabtu, 03 Juli 2021

Mengapa ibaku kau nodai

                                                                     Mengapa ibaku kau nodai🔕

Hari ini, Bukanlah suatu hari yang ku ingini

Hari ini, Bukanlah suatu hari yang bisa kupungkiri

Hari ini. Adalah sebongkah kejutan yang penuh arti

Karena semua serasa tak berarti

            Saat kau curahkan segala rasamu

            Saat kau deraikan air mata mu

            Saat kau menyalahkan keadaanmu

            Aku dengarkan dengan segenap hatiku

Kucoba membuka mata dan jiwaku

Kutepis semua kata khalayak tentangmu

Terbersit untuk beri kesempatan dan peluang untukmu

Kupertaruhkan rasa untuk tidak malu

        Tentangmu memang bukan untuk seusiamu

        Ceritamu tidaklah menjadi sebuah kewajaran

        Pilumu membentang menghadang masa depan

        Langkahmu yang sesat makin jauh dari kebenaran

Entah apa yang kau nyatakan untuk sebuah perbuatan

Hingga kau harus memperberat beban

Diujung kesimpulan masih perih kurasa

Mengapa kau tak sambut ikhlasnya niatan

        Tak lagi bisa bedakan dengan siapa kau berteman 

        Yang berujung tertutupnya pintu pertolongan 

        Karena itulah kau harus berpeluh derita dan perasaan

         Hingga  perburuk keadaan dan masa depan 

Selasa, 25 Mei 2021

Antara Genose dan Swab Antigen

                                                           Antara Genose dan Swab Antigen

    Hari itu si bungsu akan kembali ke tempat kuliahnya di Semarang untuk memulai perkuliahan setelah hari raya Idul Fitri. Rute yang di pilih adalah Mataram Solo dengan penerbangan Lion Air pukul 12.55 Witeng dengan transit di Ngurahrai Bali. Rute Mataram Solo kemudian akan lanjut ke Semarang dengan menggunakan Travel. Si bungsu memilih rute ini karena selisih harga tiked penerbangan yang sangat signifikan maklum pola pikir mahasiswa. Cari yang minimalis.

    Dimasa pandemi seperti saat sekarang ini tentulah bepergian menggunakan syarat yaitu surat  keterangan kesehatan dengan  negativ Covid 19. Dengan bersumber pada sosial media bahwa Bandara Internasional Lombok (BIL) telah menyediakan pelayanan pemeriksaan bebas Covid 19 dengan menggunakan Gonuse maka bungsu lebih tertarik untuk menggunakan Genose dari pada Swab Antigen. Lagi lagi alasan ekonomis yang mendasarinya, selain itu memang dengan Genose lebih sederhana tidak perlu mengambil sample dari hidung hanya menggunakan hembusan napas saja. Untuk Genose dikenakan tarif empat puluh ribu rupiah sedangkan untuk Swab Antigen dikenakan tarif seratus tujuh puluh ribu rupiah.

    Setelah tiba di BIL bungsu langsung menuju tempat pelayanan pemeriksaan kesehatan, tampak sedikit ramai dan terjadi antrian. Dengan selisih tarif pelayanan yang sangat menyolok dan kurangnya niat baik dari para petugas kesehatan di lapangan, sebagian besar para calon penumpang pesawat ini diarahkan untuk menggunakan Swab Antigen dengan alasan kalau Genose membutuhkan waktu lebih lama. Timbul tanya dalam diri seperti informasi yang didapat dari berbagai media masa bahwa Genose membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk mengetahui hasil pemeriksaan. Mengapa di lapangan kenyataan seperti ini, apakah ini moral anak negeri yang tidak pandai menyukuri nikmat.

    Sudah ditemukan alat karya anak bangsa dengan tarif yang bisa dijangkau dengan harapan dapat membantu masyarakat yang sudah tertimpa dan terhimpit situasi pandemi tapi masih ada juga oknum pelayan anak negeri yang tidak ingin bantuan ini dinikmati oleh masyarakat luas. Mental yang ingin memperkaya diri sendiri dan tidak peka terhadap lingkungan inilah yang sedang menjamur di ibu pertiwi. Ratapan ibu pertiwi tak menjadi hirauan mereka. Yang penting dapat mengantongi pundi pundi yang berlipat meski harus dengan berbohong alias menutupi kebenaran dan menindas hak orang lain

    Generasi anak cucu kita haruslah berbekal karakter positif yang kuat serta dengan kepekaan terhadap sosial yang berlipat. Perkembangan dunia dan teknologi seakan merubah peradaban dan hati nurani. Hanya unsur untung dan rugi yang menjadi capaian dan kejaran. Semoga kita semua masih Allah berikan hati yang peka terhadap keadaan sosil di sekitar kita sehingga masih mampu membedakan yang benar dan yang salah serta mampu mengukur antara hak dan kewajiban.


Kamis, 29 April 2021

Ternyata tidak syah

                                                          TERNYATA TIDAK SYAH

        Disatu hari kamis di bulan ramadhan setelah bersantap sahur dilanjutak dengan ibadah sholat shubuh berjamaah di masjid terdekat dengan rumah kami. Bersama bundaku seperti biasa sebelum azan selesai berkumandang kami berusaha untuk tiba di masjid begitu pula pagi itu. Situasi masjid masih sepi baru ada beberapa jamaah saja yang hadir. Di masjid ini lebih banyak yang hadir di masjid setelah azan selesai dikumandangkan, bahkan menjadi makmum masbukpun juga masih tampak.

        Setelah menunaikan sholat sunah tahiyatul masjid dan sunah fajar seperti biasa sambil menunggu waktu sholat berjamaah bisa  dilanjutkan dengan zikir. Waktu sholat berjamaahpun tiba. Seperti biasa sholat berjamaahpun dimulai. Saat rokaat pertama ada yang sedikit berbeda bacaan surat dari imam sholat yang dibaca adalah ayat sajjadah yang artinya makmum akan mengikuti imam untuk sujud tilawah. Hal tersebut tumben dilakukan di masjid ini.

        Setelah terdengar ayat sajadah  imam sujud tilawah namun sebagain besar makmum wanita sepertinya agak kebingungan karena tidak dapat melihat imam secara langsung. Maka terjadilah sebagian saja yang mengikuti iman untuk sujud tilawah. sebagian besar tidak sujud tilawah namun rukuk seperti biasa. Hal ini saangat mengusik kekhusukan saat sholat. 

        Setelah sholat shubuh berjamah aktifitas dilanjut dengan tadarus hingga waktu syuruk tiba dan dilanjut dengan sholat dhuha dan setelah itu pulang untuk persiapan berangkat sekolah.Namun segala bimbang dan ragu atas kejadian di masjid pagi tadi sangat mengganggu pikiran. Berniat ingin menanyakan pada pak Ustad guru mengaji keluarga kami melalui whatsApp namun ditunda dahulu karena waktu mengajar tiba.

        Setelah selesai mengajar sambil menunggu jemputan untuk pulang disempatkan untuk menulis whatsApp untuk menanyakan tentang kejadian sholat shubuh tadi pagi. Karena terdapat keadaan makmum yang mengikuti imam untuk sujud tilawah dan ada yang tidak mengikuti sujud tilawah karena tidak memiliki ilmu tentang hal tersebut juga tidak ada informasi sebelumnya,  serta hal itu biasa dilakukan di masjid tempat kami sholat. 

        Sungguh keadaan ini mengusik pikiran, seiring perjalanan pulang sekolah pak ustad menjawab pertanyaan saya melalui whatsApp. Betapa terkejutnya saya dengan jawaban pak ustad ternyata makmum wajib mengikuti segala gerakan imam, termasuk sujud tilawah yang tadi pagi tumben dilakukan tanpa informasi di masjid kami. Jika tidak maka sholat makmum tidak syah. Begitu beratnya sangsi yang diterima para jamaah sholat shubuh tadi pagi. 

        Sebagai pengalaman hendaknya kita yang memiliki ilmu selalu koreksi diri bahwa tidak semua orang memiliki pengetahuan yang baru apalagi tentang ibadah. Banyak makmum yang tidak memahami hal ini karena beliau beliau ini aktifitas yang dilakukan di masjid sudah menjadi pembiasaan sehingga jika ada perubahan hendaknya yang berilmu memberikan informasi dengan baik.

Jumat, 26 Maret 2021

Duduklah Sebentar Untuk Menulis

                                                          Duduklah Sebentar Untuk Menulis

    Membaca postingan Om Jay dengan menggunakan ponsel sang istri lantaran ponsel pintarnya di jambret oleh orang yang jahat, membuat saya terinspirasi untuk menulis. Terbayang betapa repotnya Om Jay dengan tidak adanya ponsel pintarnya yang kesehariannya menemani beraktifitas baik untuk proses kegiatan belajar mengajar maupun bersosial media. Karena seperti kita ketahui bersema Om Jay adalah guru di salah satu sekolah bergengsi di Jakarta disamping itu beliau juga penggiat literasi dan juga seorang blogger. Dimana aktifitas semua itu akan sangat didukung oleh ponsel pintarnya.

    Pengalaman Om Jay mengingatkan saya saat mendampingi siswa dalam program sister school di SMPN 2 Tangerang Selatan. Dimana saat itu saya juga mengalami dijabret ponsel pintar saya saat berada di stasiun kereta api di Tangerang saat akan menaiki komuter line. Padahal saat itu saya bersama teman sudah memilih gerbong yang warnanya merah muda yang menandakan gerbong khusus wanita, tetapi si penjambretpun tidak melihat jenis kelamin. Yang teringat di benak saya dari Stasiun sampai naik kereta api saya selalu berbaur dengan para wanita. Sehingga saya tidak menyangka kalau wanitapun juga perlu untuk diwaspadai dalam tindak penjabretan di kereta api yang berwarna merah muda ini.

    Mengenang saat kehilangan ponsel pintar itulah terbayang betapa sibuknya kita untuk mengembalikan nomor nomor yang ada. Namun ada jalan yang mudah yaitu menghubungi provaider untuk meminta kembali nomor ponsel kita yang hilang untuk kita gunakan lagi. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat tidak mengenakan berpisah secara paksa dengan ponsel pintar kesayangan kita. Meski dikatakan ponsel saya saat itu sudah kategori jadul namun seakan sudah menyatu dengan aktifitas diri maka masih terasa nyaman untuk mendukung aktifitas. Malang tak dapat ditolak untuk tak dapat diraih peribahasa itulah yang membuat hati tenang kembali, disamping sebagian besar memang nomor bisa kembali saat telah melapor ke provaider ponsel pintar kita. 

    Namun banyak kenangan dalam ponsel pintar kita berupa foto maupun video yang belum sempat dipindahkan ke dalam laptop. Hal itu membuat perasaan sedikit galau. Apalagi kenangan itu sepertinya tidak akan bisa kita ulang, atau kenangan lucu bersama teman yang tumben bertemu setelah waktu yang sangat lama. Tetapi hibur diri dengan kenangan itu ada dalam hati kita yang sangat  dalam ringankan hati dan pikiran. Terbukti kita bisa duduk sebentar untuk menulis.